GOSULUT.ID – Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo mencatat hingga Agustus 2024 ada 20 kasus leptospirosis.
Dimana, sudah ada 2 orang yang meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira tersebut.
“Kasus leptospirosis di Kabupaten Gorontalo sejumlah 20 kasus dengan 3 kriteria yakni suspek sebanyak 16 kasus, probable 3 kasus dan konfirmasi 1 kasus,” ungkap Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Ismail Akase saat diwawancarai.
Ismail menjelaskan, bahwa kasus leptospirosis rata-rata ditemukan di wilayah yang terdampak banjir, seperti di Kecamatan Tilango dan Bongomeme.
“Adapun 2 orang yang meninggal dunia akibat leptospirosis merupakan warga Desa Upomela, Kecamatan Bongomeme dan Desa Lauwonu, Kecamatan Tilango,” jelasnya.
Penyebaran penyakit tersebut, kata dia, melalui air seni tikus yang tercampur ke genangan air atau banjir.
“Untuk leptospirosis ini penyebarannya melalui air yang sudah lama tergenang kemudian terkena air seni tikus, sehingga sangat mudah terinfeksi bagi orang-orang yang memiliki luka di bagian kaki jika melewati genangan air tersebut,” kata Kadis Kesehatan Kabupaten Gorontalo itu.
Terakhir, Ismail Akase menghimbau kepada masyarakat untuk waspada dan menjaga kebersihan lingkungan.
“Tidak lupa, menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu booth saat beraktivitas di genangan air,” imbaunya.
Sebagai informasi tambahan, gejala awal dari leptospirosis seperti mengalami demam tinggi, sakit kepala, diare, mata merah, nyeri otot, nyeri perut, mual dan muntah. (Aldy/Gosulut)