High Level Meeting, Quick Respon BI dan TPID Gorontalo Jelang HKBN Idul Adha 1443 H
GOSULUT.ID - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo bersama bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi dan Kab/Kota se-Gorontalo menggelar High Level Meeting (HLM), Selasa (5/7/2022).
HLM ini dalam upaya memperkuat efektivitas kebijakan moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia untuk mencapai stabilitas nilai Rupiah yang kaitannya dalam pengendalian inflasi sesuai target IHK yang terjaga dalam rentang sasaran.
Kegiatan ini merupakan bentuk quick response TPID dalam mengantisipasi kenaikan harga beberapa komoditas utama menjelang perayaan Idul Adha 1443 H.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Rony Widijarto Purubaskoro dalam paparannya perkembangan inflasi dan prospek ekonomi ke depan menjelaskan, tingkat inflasi secara bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) pada bulan Juni 2022 lalu sudah mendekati batas atas dari sasaran inflasi tahunan Bank Indonesia yang mencapai 4,35% (yoy). Tingkat inflasi Gorontalo pada Juni 2022 relatif lebih tinggi dari Nasional dan Sulampua yang didominasi oleh komoditas volatile foods, seperti cabai rawit, tomat, dan bawang merah.
Tentunya, tantangan inflasi ke depannya adalah komoditas dari kelompok volatile foods terutama pada komoditas yang memiliki andil cukup besar terhadap inflasi. Berdasarkan monitoring perkembangan harga di PIHPS yang dilakukan Bank Indonesia, mulai dari pasar tradisional, pasar modern, dan pedagang besar dimana inflasi di pasar tradisional saat ini relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan di pasar modern. Kenaikan harga dari 3 (tiga) komoditas dari responden tersebut selama 3 (tiga) tahun terakhir ini dapat dikatakan cukup tinggi.
Untuk itu, Bank Indonesia telah berperan dalam membantu ketersediaan pasokan pangan melalui klaster-klaster pangan binaan, dalam hal ini adalah UMKM binaan. Selain itu, dimungkinkan juga kepada masyarakat untuk dapat menanam cabai melalui media seperti lorong cabai. Sejak tahun 2020, Provinsi Gorontalo merupakan kategori daerah surplus cabai sehingga dapat memasok kebutuhan daerah lain yaitu di Sulawesi Utara dan Maluku Utara melalui mekanisme Kerjasama Antar Daerah (KAD). Seiring dengan kondisi saat ini dimana harga cabai mengalami kenaikan yang cukup tinggi, salah satu penyebabnya adalah rantai pasokan berkurang, terjadinya gagal panen yang berkepanjangan di tengah kondisi cuaca yang tidak stabil, pemerintah provinsi berinisiatif untuk menggalakkan kembali gerakan menanam cabai di lingkungan Pemerintah sebagai startegi jangka pendek untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sementara itu Penjagub Gorontalo mengatakan, menyikapi kondisi kenaikan harga-harga komoditas pangan tersebut, kita selaku tim pengendalian inflasi daerah (TPID) dan seluruh komponen yang ada di provinsi gorontalo tentunya harus melakukan berbagai langkah sinergis, responsif dan tepat sasaran dalam menyikapi potensi inflasi di gorontalo, khususnya bahan pokok.”
Hasil keputusan tindak lanjut High Level Meeting TPID adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan Operasi Pasar Murah (OPM) secara lebih intensif untuk komoditas bahan pokok yang rentan mengalami peningkatan harga seperti: cabai rawit, bawang merah, daging ayam ras, telur ayam. (Keterjangkauan Harga)
2. Memperkuat pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah (KAD) khususnya untuk komoditas yang rentan mengalami defisit pasokan di Gorontalo seperti cabai rawit dan bawang merah. KAD Eksisting: GORMANTE (Gorontalo-Manado-Ternate). Rencana KAD: Gorontalo-Sulawesi Tengah (Ketersediaan Pasokan)
3. Memperkuat ketahanan pangan domestik melalui perbaikan di sisi budidaya (hulu) serta optimalisasi infrastruktur pendukung pertanian untuk meningkatkan produksi tanaman pangan. (Ketersediaan Produksi, Keterjangkauan Harga).
Komentar (0)
Facebook Komentar (0)